Seorang Tokoh
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Hai para pembaca !

Pertama-tama penulis akan
mengemukakan alasan mengapa memilih tokoh ini.
1.Nama ini telah sangat dekat
dengan penulis, karena penulis telah mengetahui nama ini sejak penulis masih
berusia kanak-kanak. Mengapa ? Karena nama ini adalah sebuah nama jalan di rumah
nenek penulis dimana penulis menghabiskan masa kecil disana. Sebut saja nama
jalannya Jalan B****** S***** No.23. Namun mirisnya penulis baru mengetahui
siapa ia sebenarnya ketika menginjak masa SMP. Karena sebelumnya ibu penulis
hanya memberitahu bahwa ia adalah seorang pahlawan.
2.Banyak orang yang tidak
mengenal nama ini, (karena sebelumnya penulis telah melakukan survei kepada
beberapa teman dan ternyata tak ada satupun yang mengenal nama ini) untuk itu
penulis akan mengenalkan tokoh ini pada mereka.
3.Tokoh ini berjasa besar bagi
Indonesia, ia turut menuangkan pikiran dalam strategi dan turut memimpin
perjuangan pada Serangan Umum 1 Maret yang telah membuktikan bahwa TNI masih
ada pada dunia Internasional.
Nah ada yang sudah menebak siapa
kira-kira orangnya? Baiklah, kita akan mulai pembahasannya.
Ialah Mayor Jenderal TNI Anumerta Bambang Sugeng.
TTL :
Tegalrejo, Magelang, 31 Oktober 1913
Wafat : Jakarta,
22 Juni 1977 (63 th)
Ayah : Slamet
Ibu : Zahro
Pendidikan : -HIS Tegalrejo
-MULO Purwokerto
-AMS Yogyakarta
Istri : Sukemi
Berikut kiprahnya di Serangan
Umum 1 Maret
Pukul 06.00 WIB, 1 Maret 1949,
sirene tanda jam malam berakhir melengking ke seantero Kota Yogyakarta.
Semenjak menguasai Yogyakarta tanggal 19 Desember 1948, militer Belanda
memberlakukan jam malam selepas matahari tenggelam hingga pukul 06.00 pagi.
Tiba-tiba ketenangan pagi itu dikejutkan rentetan suara tembakan di mana-mana.
Untuk pertama kalinya sejak Kota Yogya jatuh ke tangan Belanda, pasukan TNI
masuk kota Yogya. Pasukan TNI masuk dari empat penjuru kota. Sekitar 2.000
personel TNI menyerbu masuk Kota Yogyakarta. Setiap pasukan republik
menggunakan tanda berupa janur kuning yang diikatkan di lengan atau digantung
di leher.
Serangan Umum 1 Maret 1949 besar artinya bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Serangan itu menampar propaganda Belanda yang menyebut TNI sudah hancur saat Belanda menguasai Yogyakarta. Lewat radio Republik di pegunungan, Serangan Umum 1 Maret disebarkan ke seluruh dunia. Simpati dunia mengalir pada Indonesia. Apalagi masyarakat dunia masih muak dengan perang dunia II yang dipicu agresi militer Hitler. Dunia internasional mengutuk Belanda yang mencoba menjajah Indonesia kembali.
Serangan Umum 1 Maret 1949 besar artinya bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Serangan itu menampar propaganda Belanda yang menyebut TNI sudah hancur saat Belanda menguasai Yogyakarta. Lewat radio Republik di pegunungan, Serangan Umum 1 Maret disebarkan ke seluruh dunia. Simpati dunia mengalir pada Indonesia. Apalagi masyarakat dunia masih muak dengan perang dunia II yang dipicu agresi militer Hitler. Dunia internasional mengutuk Belanda yang mencoba menjajah Indonesia kembali.
Ada nama besar di balik Serangan
Umum 1 Maret. Selama ini, seolah Soeharto adalah satu-satunya pemimpin serangan
legendaris itu. Bertahun-tahun nama Kolonel Bambang Sugeng seolah terlupakan.
Gubernur Militer III sekaligus Panglima Divisi III Kolonel Bambang Sugeng adalah atasan Letkol Soeharto ketika itu. Dia yang memerintahkan jajaran di bawahnya untuk menggelar sebuah serangan serentak pada tentara Belanda di Kota Yogya.
Gubernur Militer III sekaligus Panglima Divisi III Kolonel Bambang Sugeng adalah atasan Letkol Soeharto ketika itu. Dia yang memerintahkan jajaran di bawahnya untuk menggelar sebuah serangan serentak pada tentara Belanda di Kota Yogya.
Serangan harus dilakukan pada
siang hari karena Belanda selalu mengklaim serangan TNI yang dilakukan saat
malam hari sebagai serangan perampok.
Perintah Bambang Sugeng
diteruskan pada Komandan Wehrkreise III Letkol Soeharto. Atas bantuan Sri
Sultan Hamengku Buwono IX, Serangan Umum 1 Maret bisa dilakukan.
Dalam biografinya yang ditulis
Edi Hartoto dan diterbitkan Kompas, dikisahkan selama pertempuran, Panglima
Bambang Sugeng mengendalikan jalannya pertempuran di seluruh Divisi III. Dia
berpindah-pindah tempat untuk menggelar serangan secara mobile.
TNI hanya diperintahkan menguasai
Yogyakarta selama enam jam. Pada siang hari seluruh pasukan kembali ditarik ke
kantong gerilya di pegunungan. Bambang Sugeng tetap memerintahkan perlawanan
terus dilakukan, namun kembali secara gerilya.
Kenapa pasukan TNI tak terus
bertahan di Kota Yogyakarta?
Menurut Bambang Sugeng ada dua
alasan, pertama mencegah balas dendam pasukan Belanda. Kedua adalah mendesak
tentara Belanda agar benar-benar kebingungan.
Siasat ini efektif, korban di
pihak TNI bisa diminimalisir. Sementara pasukan Van Langen di Yogyakarta jatuh
morilnya.
Bambang Sugeng juga dikenal
sebagai perwira yang jujur. Saat kelak dia menjabat Kepala Staf TNI AD, dia
menurut saja ketika ditilang seorang polisi di Jalan Malioboro. Bayangkan
betapa disiplin dan rendah hatinya orang nomor satu di seluruh angkatan darat itu.
Nah, sekarang kalian sudah tahu
siapa beliau sebenarnya bukan ?
Selain berkarier di dunia
militer, Bambang Sugeng juga pernah berkiprah sebagai Duta Besar untuk Vatikan,
Jepang, dan Brasil.
Bambang meninggal pada usia 63
tahun dan dimkamkan di tanah kelahirannya di Tegalrejo, Magelang. Pangkat
terakhirnya adalah Mayor Jenderal Anumerta. Mulai tanggal 1 November 1997
pemerintah menaikkan pangkatnya menjadi Letnan Jenderal.
Cukup sampai disini dulu, jika
kalian penasaran kalian dapat mencari tahu lebih lanjut, banyak sumber-sumber
lain yang lebih akurat untuk dibaca lagi.
Semoga bermanfaat !
Sumber
-http://www.merdeka.com/peristiwa/kolonel-bambang-sugeng-panglima-serangan-umum-1-maret.html
-wikipedia
Komentar
Posting Komentar