OSN 2017, Pekanbaru, Riau (2)
Di tahun 2017, OSN
diadakan di Pekanbaru, Riau, pada tanggal 2-8 Juli, kurang lebih seminggu
setelah hari raya Idul Fitri. Dan ini bener-bener jadi godaan terberat saya,
liburan woi, alhasil saya belajar pas udah mepet hari H. Entah liburan memang
berlalu begitu cepat atau saya yang belum ingin hari itu tiba, tiba-tiba saja
tanggal 30 Juni itu tiba, saya, teman sedaerah saya serta ayah kami pun
berangkat naik bus dari kampung halaman. Perjalanan itu sangat melelahkan,
macet parah di tol, maklum masih musim mudik. Bahkan saya ingat ketika itu
sampai-sampai jalur yang lawan arah dibuka untuk jalur menuju ibukota. Dua
puluh empat jam saya habiskan di jalanan, berangkat jam lima sore sampai pun
jam lima sore, padahal kalau hari-hari biasa hanya dua belas jam -_- . Madrasah
tampak sepi kala itu, ya jelas, teman teman saya masih liburan, sedangkan kami
harus liburan berjuang di Pekanbaru. Malam itu kami berangkat menuju
hotel tempat kontingen OSN Banten berkumpul.
2
Juli 2017
Ini hari keberangkatan
para peserta OSN ke Pekanbaru, kalau kontingen Banten sendiri rencananya
pesawat akan berangkat sekitar pukul tiga sore, dan ternyata…. delay, haha intinya kami akhirnya sampai
di Pekanbaru kala itu sudah pukul enam sore kurang lebih. Kami langsung
dijemput oleh bus-bus yang akan mengantar kami ke hotel. Kala itu, peserta
bidang Biologi, Fisika, dan Astronomi menempati hotel yang sama. Ternyata teman
sekamar saya anak Insan Cendekia Gorontalo, asyik lagi orangnya. Dia nantinya
akan menjadi temen sebangku saya di bus, temen kemana-mana, bahkan sampai temen
naik tangga darurat bareng, aha.
Lalu tak terasa malam ini berakhir.
3
Juli 2017
Ini hari pembukaan OSN,
jadi kami harus berangkat bersama- sama menggunakan bus menuju Gedung
Gelanggang Pemuda. Di gedung ini berkumpul seluruh peserta OSN dari jenjang SD
sampai SMA beserta dewan juri yang akan menilai kami di OSN nanti. Di pembukaan
ini, berbagai rasa bercampur, senang, khawatir, deg-degan, aih, banyak lah
karena esok hari sudah diadakan tes yang beragam, tergantung bidangnya apa,
untuk Astronomi esok hari ialah tes teori Tapi, ya, nikmati aja suguhan di
pembukaan ini, itung-itung refreshing dikit laah. Setelah pembukaan selesai,
tim Astronomi segera menuju lokasi tes yang akan digunakan esok hari, yaitu SMA
Cendana. Disitu kami diberi tahu nomor teleskop yang kami gunakan serta
penjelasan tentang peraturan tes teori, analisa data, serta observasi. Saya
mendapat nomor α8, artinya teleskop α urutan ke 8. Delapan dari tiga belas
orang untuk satu teleskopnya, itu artinya saya berada di urutan tengah sedikit
belakang. Hmmm…
Malam ini, kami harus
belajar sekaligus berdoa dan menyiapkan mental untuk pertempuran di esok hari.
4
Juli 2017
Hari H tes teori, bus
mengantar kami dari hotel menuju tempat tes, perjalanan ini memakan waktu cukup
lama, banyak diantara kami yang tertidur di bus kala itu. Setelah sampai, kami
disuruh berbaris lalu bersama-sama berjalan menuju ruang kelas yang digunakan
untuk tes. Kami diberi waktu empat jam untuk mengerjakan tes teori yang
berjumlah sepuluh nomor. Lama banget? Iya, tapi waktu segini aja masih kurang
lho –menurut saya- (karena saya baru membuka soal terakhir pas menit-menit
terakhir), tetapi entahlah menurut peserta lain. Susah? Iya, susah, tetapi kala
itu saya sedikit PD bahwa nilai saya setidaknya mencapai setengahnya (Songong
emang, dan alhasil ketika pada suatu hari nanti saya tahu nilai tes teori saya,
itu hanya benar sepertiganya -_- )
Setelah selesai tes
teori, diadakanlah pengenalan teleskop. Disini kakak-kakak tim teknis dari
Jurusan Astronomi ITB membantu kami untuk ‘beradaptasi’ dengan teleskop serta
alat-alat yang akan digunakan di tes observasi pada esok malam. Kala itu, di
dalam ruangan disediakan dua teleskop, teleskop You’re Galileo Spica serta teleskop Sky Watcher. Seru sekali kala itu, kami boleh belajar, bertanya,
mencoba teleskop sepuasnya (tentunya dengan hati-hati). Ya, karena ketika itu
masih siang hari, tentunya kami tidak bisa pointing
(mengarahkan teleskop untuk melihat suatu objek) bintang yang sungguhan di
langit, alhasil kami pun hanya bisa pointing lampu, atau pointing –gambar-
bintang yang entah mengapa tertempel di ruangan, atau pointing teman sendiri,
eh, hahaha…
Ya, hari sudah sore,
kami harus pulang dan mempersiapkan diri untuk tes analisa data serta tes
observasi yang akan diadakan esok hari. Kemudian, saya teringat bahwa saya
belum menghafalkan langit pada esok malam -_- .
Malam ini, kami harus
belajar sekaligus berdoa dan menyiapkan mental untuk pertempuran di esok hari.
(2)
5
Juli 2017
Yay! Ini hari terakhir
pertempuran di medan OSN 2017. Well, saat bidang-bidang lain sudah mulai bisa
bersantai sore nanti, kami tim Astronomi baru bisa bersantai setelah jam 12
malam, ya, kami harus menuntaskan tes observasi kami terlebih dahulu, hehe.
Pagi ini akan diadakan tes analisa data yang berjumlah empat soal (dan
anak-anaknya) dalam waktu tiga jam. Ya, waktu yang diberikan cukup banyak
karena soal analisa data membutuhkan ketahanan dan analisa kita terhadap macam-macam data yang diberikan,
seperti memplot grafik, menarik kesimpulan, dsb. Susah? Ya, bahkan menurut saya
ini lebih susah dari tes teori yang kemarin, saya kali ini pun tidak yakin bisa
mengerjakan satu soal dengan sempurna. Satu soal saya kerjakan penuh (dengan
sedikit karangan di akhirnya) dan tiga soal lain hanya terisi setengahnya,
bahkan kurang. (Tetapi, alhasil ketika suatu hari nanti saya tahu nilai tes
analisa data ini, nilai ini sedikit lebih baik daripada nilai tes teori, dari
sini saya belajar untuk tidak merasa lebih baik, ataupun merasa bisa, karena
kebenaran dan hasil yang mutlak itu ada pada-Nya, yang terkadang tak akan
diduga oleh hamba-hambaNya)
Sudahlah, lupakan
masalah tes teori dan analisa data itu, kami harus fokus menghadapi tes
terakhir ini. Yap, observasi! Berbeda dengan tes teori serta analisa data yang biasanya
jangkauan nilainya tidak begitu jauh, di tes observasi ini bisa terjadi
jangkauan nilai yang cukup besar, misal nilai tertingginya 95, nilai
terendahnya bisa jadi hanya 20. Ya, karena tes observasi ini terikat waktu yang
sempit, sekitar 10-15 menit saja, dan jika dalam waktu sempit itu konsentrasi
kami hilang, kalian tentu bisa membayangkan apa yang terjadi.
Setelah selesai tes
analisa data, siang itu kami diantar lagi ke hotel, baru setelah hari sore kami
kembali lagi ke lokasi tes. Siang itu, rencananya saya ingin kembali menghafal
langit, tetapi karena pengaruh kasur yang sangat menggoda , saya
menghabiskan waktu siang itu untuk tidur. Senja pun datang, kami harus
bersiap-siap kembali ke bus. Ketika kami tiba di lokasi tes, hari sudah gelap,
lampu LED merah sudah mulai dipasang sebagai penanda lokasi tes malam nanti.
Kami dikumpulkan di sebuah ruangan besar untuk menunggu giliran kami. Di tempat
ini, kami terbagi menjadi beberapa kelompok, ada yang menghafal rasi, latihan
tunjuk-tunjuk langit pakai laser, saling bercanda, dsb. Kalau saya waktu itu
memilih untuk cerita-cerita dengan teman saya, tentang per-OSN-an, juga tentang
masa depan, aseeek.. Ya, kami berpikir bahwa kami tidak boleh tegang, jadi
menit-menit terakhir ini kami habiskan untuk mengobrol saja. Malam ini, kami berusaha
untuk saling menguatkan, saling melontar semangat ketika ada teman kami yang
dipanggil untuk bersiap-siap. Yah, semoga malam nanti, kami bisa tidur nyenyak,
wkwk.
Ronde observasi terdiri
dari dua bagian, observasi outdoor serta observasi indoor. Di observasi outdoor
kami disuruh menunjukkan letak beberapa garis khayal di langit (ekuator,
ekliptika) serta rasi atau objek tertentu yang diminta oleh juri. Setelah itu
kami diberi tahu letak suatu objek tertentu dan kami harus mengarahkan teleskop
ke objek itu, kami juga harus menuliskan apa nama objek yang baru saja kami
pointing. Sedangkan observasi indoor diadakan di suatu ruang kelas, disini kami
diberi sebuah kertas lembar jawaban. Di depan kami sudah tampak layar yang
menampilkan peta langit dari stellarium
(software yang dapat menampilkan suatu wilayah langit pada waktu tertentu),
disitu nampak beberapa objek langit yang ditandai dengan huruf. Nah, kami
disuruh memberi titik kardinal pada peta langit itu, menuliskan nama objek
langit serta rasi tempatnya berada. Disinilah mental saya benar-benar diuji.
Saya ngga tahu itu gambar apa, bener-bener ngga tahu. Saya mencoba merenungi,
mencoba untuk tetap tenang, tapi tetap saja pikiran saya mengatakan tidak tahu.
Alhasil, lembar jawaban itu penuh berisi karangan saya.
Setelah itu kami
diantarkan menuju mushala sekolah itu, menunggu teman-teman kami yang mendapat
kloter akhir. Ketika saya datang, mushala sudah cukup ramai, ada yang membahas
jawaban, ada pula yang nge-gabut (macam saya). Walaupun saya gabut, tentunya
saya masih bisa mendengar beberapa pembahasan yang terlontar dari orang-orang
di sekitar saya. Dan dari hasil ‘nguping’ saya, saya menyimpulkan bahwa
kebanyakan dari mereka tidak merasa kesulitan saat mengerjakan observasi
indoor. Well, bahkan pada saat itu saya masih belum mengerti bagian langit mana
yang tadi diujikan di tes tadi (pada akhirnya saya mengerti ketika teman kamar
saya mengecek jawaban dia di hotel nanti, saya kira gambar itu hanya
menampilkan wilayah langit yang sempit, ternyata gambar tadi menampilkan seluruh
wilayah langit yang tampak di atas horizon malam itu, mungkin karena saya
terlalu panik, saya tidak sempat melihat berapa besar medan pandang yang ada di
gambar tadi).
Hari ini sudah hampir
berakhir, kurang lebih jam sebelas malam ronde observasi selesai. Tim Astronomi
pun mengakhiri kegiatan ini dengan berfoto bersama Gubernur Riau yang turut
hadir bersama kami ketika itu.
Kami sampai di hotel
pukul satu dini hari. Besok rekreasi, eh ralat, pagi nanti rekreasi, semoga
kami semua tidak kesiangan untuk bangun pagi nanti. Akhirnya, rangkaian tes
yang menghantui kami sejak berminggu-minggu lalu berakhir sudah.
6
Juli 2017
Hari ini rekreasi, ke
Candi Muara Takus lebih tepatnya. Candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini
terletak cukup jauh dari hotel kami yang berada di kota Pekanbaru. Kami
berangkat pagi-pagi sekali, sekitar pukul enam pagi dan baru sampai di lokasi
sekitar pukul satu siang (karena memang sempat mampir-mampir dahulu). Di tempat
ini sebagian besar peserta OSN menghabiskan waktunya untuk berfoto-foto, makan-makan,
ataupun berkeliling komplek candi.
Hari ini pula saya
harus meneguhkan diri untuk siap menerima apapun hasil yang terjadi pada esok
hari. Ya, esok adalah hari pengumuman OSN. Saya sudah siap, dan saya yakin
apapun yang diberikan Allah untuk saya serta teman-teman saya adalah yang
terbaik untuk kami semua.
Malamnya, diadakan
pendidikan karakter untuk seluruh peserta OSN SMA.
7
Juli 2017
Hari ini kami akan
mengetahui hasil dari pertempuran selama dua hari kemarin. Pagi hari saya
habiskan waktu untuk sedikit beres-beres dan bercerita dengan teman kamar saya.
Niatnya pagi ini pengen jalan-jalan, namun karena rasa mager akhirnya rencana
itu pun batal. Penutupan akan dimulai sekitar jam dua siang.
Akhirnya semua peserta
telah siap dengan batik kontingen masing-masing. Kami pun diantar menggunakan
bus menuju Gedung Gelanggang Pemuda. Acara penutupan baru saja dimulai,
hiburan, musik, inilah, itulah, banyak sekali penampilan yang membuat saya
cukup merasa gabut kala itu. Alhasil ditengah kegabutan dan perasaan yang tidak
karuan itu saya mengambil sebuah foto. Dan entah kenapa yang terpotret di foto
itu adalah kontingen DKI Jakarta, entah kenapa. FYI, ini satu-satunya foto yang
saya ambil dalam rangkaian OSN 2017.
Pada akhirnya, hal yang
ditunggu-tunggu oleh seantero penghuni gedung kala itu pun tiba. Yap!
Pengumuman! Hasil pengumuman disebutkan mulai dari perunggu SD, SMP, lalu SMA,
berlanjut ke perak, lalu emas. Ketika pengumuman sampai di perunggu SMA
perasaan saya mulai berguncang. Tak hanya menunggu nama saya, saya juga
menunggu nama-nama teman seperjuangan saya. Ketika sampai di bidang Biologi,
dua nama teman saya disebut. Lega, dua dari delapan sudah dapat. Melanjut ke
bidang Astronomi, saya menunggu nama saya di deretan perunggu, well dari apa
yang sudah saya usahakan, mendapat perunggu saja saya sudah sangat bersyukur
mengingat observasi indoor saya yang sangat hancur. Satu persatu nama disebut,
dan…tidak ada nama saya. Perasaan saya semakin bergetar, saya sempat merasa
takut tidak mendapat medali kala itu, tetapi saya ingat tekad saya kemarin,
apapun yang terjadi, itu adalah hadiah terbaik dari Allah untuk saya.
Saya berusaha menenangkan perasaan saya. Berlanjut ke perak, nama teman saya dipanggil kembali, bidang Fisika dan Kimia. Lalu berlanjut ke bidang Komputer, Biologi, lalu Astronomi. Saya menunduk, menyimak satu persatu nama yang dipanggil dengan perasaan tak karuan, kalau perak pun tak dapat berarti tak ada kesempatan saya untuk dapat medali, pikir saya kala itu. Alhamdulillah, nama saya ada di deretan nama yang disebut kala itu. Aih, rasanya saat itu tak bisa dilukiskan dengan kata-kata, benar-benar seperti mendapat hadiah terindah, saya sangat terharu kala itu. Saya buru-buru turun, melompati kursi-kursi yang telah kosong di depan saya, berjalan menuju panggung dan ‘mengantri’ untuk dikalungkan sebuah medali.
Saya berusaha menenangkan perasaan saya. Berlanjut ke perak, nama teman saya dipanggil kembali, bidang Fisika dan Kimia. Lalu berlanjut ke bidang Komputer, Biologi, lalu Astronomi. Saya menunduk, menyimak satu persatu nama yang dipanggil dengan perasaan tak karuan, kalau perak pun tak dapat berarti tak ada kesempatan saya untuk dapat medali, pikir saya kala itu. Alhamdulillah, nama saya ada di deretan nama yang disebut kala itu. Aih, rasanya saat itu tak bisa dilukiskan dengan kata-kata, benar-benar seperti mendapat hadiah terindah, saya sangat terharu kala itu. Saya buru-buru turun, melompati kursi-kursi yang telah kosong di depan saya, berjalan menuju panggung dan ‘mengantri’ untuk dikalungkan sebuah medali.
Saya kembali menengok
kebelakang, tentang seberapa jauh jalan yang telah saya tempuh sampai menuju
titik ini. Tentang mereka yang turut ambil bagian dari perjalanan saya kali ini,
Allah, orang tua, guru-guru, serta teman-teman yang tak henti mensupport saya untuk berjalan di jalan
ini. Banyak sekali hal yang telah terjadi selama masa per-OSN-an ini, dan
medali itu hanyalah satu bagian yang turut menghias perjalanan kali ini. Jalan
yang saya tempuh hingga saya dapat berdiri di tempat ini jauh lebih penting,
jauh lebih berharga untuk diingat. Medali hanyalah sekeping logam yang menjadi saksi bisu perjalanan ini. Perjalanan ini
masih berlanjut, tentu saja, masih ada pelatnas yang menanti.
Ada sebagian teman dan
kenalan saya yang tidak mendapat medali kala itu. Sedih? Saya saja yang melihat
sedih, apalagi mereka. Tetapi, sungguh Sang Maha Penulis Skenario telah
menyiapkan jalan cerita yang lebih baik untuk mereka. Tak pernah ada yang
sia-sia dari sebuah perjuangan.
8
Juli 2017
Ini hari kepulangan
peserta. Rasa-rasanya tidak ada yang perlu diceritakan disini, hehe. Saya pun kembali
melanjutkan liburan saya hehehehehehehe….
Banyak pelajaran yang
saya dapat dari per-OSN-an ini, dan beberapa sudah ada yang saya tulis baik
tersirat maupun tersurat di postingan ini. Buat kalian yang akan berlaga di
medan OSN, semangat! Siapkan amunisi terbaik kalian untuk berlaga nanti! Untuk
kalian yang belum beruntung, percayalah bahwa ada hal yang jauh lebih baik
untuk kalian perjuangkan daripada OSN ini.
Makasih buat kalian
yang sudah meluangkan waktu untuk membaca postingan ini, semoga bermanfaat.
Siapa tahu ada yang penasaran dengan kegiatan yang dilakukan selama OSN, semoga
postingan ini bisa menjawabnya. Kalau ada yang masih penasaran, bisa ditanyakan
di komentar, ok?
coba baca punya kak gian riz
BalasHapussongong banget dia
Wkwk,iya, beda level emang, Gil.. :v
Hapus